Dumonduh - Pemerintah Indonesia telah menyelesaikan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk global di pasar internasional dengan hasil yang menggembirakan.
Keberhasilan lelang ini turut memberikan sentimen positif bagi pasar sekunder. Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang hari ini pasar surat utang Indonesia menunjukkan performa stabil di zona hijau.
Mayoritas imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN), baik dalam denominasi rupiah (INDOGB) maupun valuta asing (INDON), mengalami penurunan. Hal ini mencerminkan tingginya minat beli yang mendorong kenaikan harga obligasi.
Perbaikan di pasar SBN ini juga berdampak positif terhadap nilai tukar rupiah. Rupiah ditutup menguat 0,13% ke level Rp15.830 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Kinerja Berbeda Lelang Sukuk Domestik dan Global
Meski lelang sukuk global sukses besar, kondisi berbeda terjadi pada lelang SBSN domestik. Nilai penawaran yang masuk (incoming bids) dalam lelang sukuk rupiah turun 15%, menjadi Rp13,85 triliun, meskipun target pemerintah dinaikkan hingga Rp9 triliun.
Sementara itu, lelang sukuk global yang digelar sehari sebelumnya mencatatkan penawaran mencapai USD 4,88 miliar atau sekitar Rp77,3 triliun (kurs saat ini). Dari nilai tersebut, pemerintah memenangkan USD 2,75 miliar atau sekitar Rp43,54 triliun.
Minat tertinggi tercatat pada seri dengan tenor 5,5 tahun, yang jatuh tempo pada 25 Mei 2030. Seri ini menerima penawaran hingga USD 1,84 miliar dan dimenangkan senilai USD 1,1 miliar. Imbal hasil yang ditawarkan sebesar 5%, sedikit lebih tinggi dibandingkan yield INDON-5Y di pasar sekunder yang berada di kisaran 4,91%.
Seri sukuk ini banyak diminati institusi keuangan global, dengan 63% penawaran berasal dari kawasan Timur Tengah, Malaysia, dan Brunei.
Minat pada Seri Lainnya
Seri tenor 10 tahun menarik minat sebesar USD 1,77 miliar dengan yield 5,25%, lebih tinggi dibandingkan yield INDON-10Y yang saat ini berada di 5,13%. Pemerintah memenangkan seri ini dengan total USD 900 juta.
Sementara seri dengan tenor 30 tahun, yang jatuh tempo pada 25 November 2054, mencatat incoming bids sebesar USD 1,27 miliar. Yield yang ditawarkan mencapai 5,65%, lebih tinggi dibandingkan yield INDON-30Y di pasar sekunder sebesar 5,47%. Seri ini banyak diminati fund manager global, dengan proporsi 84% dari total penawaran.
Investor dari Eropa dan Amerika Serikat mendominasi minat terhadap seri tenor panjang ini, masing-masing mencatat 37% dan 43% dari total penawaran.
Minat Investor Domestik
Investor domestik juga menunjukkan ketertarikan pada sukuk global ini. Untuk tenor 10 tahun, investor dalam negeri mencatatkan porsi sebesar 10% dari total peminat. Sementara pada tenor 30 tahun, investor Indonesia berkontribusi sebesar 9%, dan untuk tenor 5,5 tahun sebesar 6%.
Detail Penerbitan Sukuk Global
Sukuk diterbitkan oleh Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia III (INDOIS) dengan format 144A/Reg S, senior unsecured, dan 3 (c)(7). Penyelesaian lelang dijadwalkan pada 25 November mendatang.
Beberapa bank investasi global, seperti Deutsche Bank, Dubai Islamic Bank, J.P. Morgan, KFH Capital, dan Standard Chartered Bank, bertindak sebagai bookrunners, didukung oleh co-managers seperti BRI Danareksa Sekuritas dan Trimegah Sekuritas Indonesia.
Penerbitan sukuk global ini berkontribusi pada peningkatan cadangan devisa Indonesia, yang pada Oktober lalu mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah. Aliran dana segar ini juga memberikan dukungan lebih besar bagi stabilitas rupiah di tengah fluktuasi pasar global.
0Komentar